Senin, 21 Oktober 2013

Tugas Kedua : "SELAMATKAN KEPUNAHAN ORANG UTAN"



SELAMATKAN KEPUNAHAN ORANG UTAN

Meskipun sudah ditetapkan sebagai satwa langka yang dilindungi menurut Undang-undang No.5 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem pada tahun 1990, populasi Orang utan semakin menurun saja jumlahnya. Wajah mereka yang lucu dan tingkahnya yang unik, menjadi salah satu alasan mamalia ini terus diburu. Padahal keberadaan mereka bisa bermanfaat bagi keseimbangan hutan kita. Jadi, apakah kita tega membiarkan satwa langka ini punah?
Orang utan merupakan golongan kera besar yang hanya terdapat di Asia dan terbagi kedalam 2 spesies, yaitu Orang Utan Sumatra (Pongo abelii) dan Orang Utan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Keduanya kini berada pada status hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang semakin langka. Menurut data PanEco Foundation, orang utan Kalimantan tersisa sekitar 40.000 ekor, sementara orang utan Sumatera yang berstatus critically endangered jumlahnya Cuma 6600 ekor. Orang utan hidup diatas pohon dan jarang sekali turun ke tanah bahkan ketika sedang memakan buah, makanan utama mereka. Mereka sangat incah bergelantungan dari satu pohon ke pohon lain. Keberadaan orang utan juga dapat membantu menjaga keseimbangan ekosistem hutan, karena biji buah yang mereka makan dipohon menyebar kemana-mana sehingga membantu proses regenerasi tumbuhan.
Demi kepentingan pribadi, manusia kerap kali menghancurkan habitat mereka dengan sangat cepat, bahkan tega membunuhnya. Orang utan sering kali terancam kehidupannya karena adanya penebangan hutan dan perdagangan orang utan secara illegal, khusunya bayi orang utan.
Seharusnya manusia melestarikan keberadaan hewan langka ini, bukan malah memperkecil habitatnya. Beberapa cara sederhana dan efektif yang bisa dilakukan agar hewan langka ini tidak punah, yaitu dengan cara : menyebarkan informasi tentang orang utan seluas-luasnya kepada orang lain dan melakukan donasi atau adopsi kepada lembaga-lembaga yang peduli akan keberadaan hewan langka ini.



Penulis : Muthia
Penerbit : Majalah GADIS Mingguan
Edisi : 08-18 April 2011



Nama :OETARI BUDHIYARTI
Kelas : 3 KA 30
NPM : 15111428

Minggu, 20 Oktober 2013

Tugas Ketiga : "Kesimpulan dari Membandingkan Ketiga Buku yang telah dibaca"



KESIMPULAN

Dari ketiga novel yang telah kami baca, ada beberapa perbedaan yang membedakan novel satu dengan lainnya. Para penulis novel memiliki cara tersendiri dalam penulisan novel mereka masing-masing. Mereka tidak terlalu menekankan unsur-unsur yang seharusnya terdapat pada sebuah novel, karena menurut mereka dengan menulis apa yang ingin mereka tulis saja sudah menjadikan suatu karya yang tidak dimiliki banyak orang dan dapat pula  mengembangkan bakat menulis mereka.
Tidak semua penulis tahu akan unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah novel atau buku. Masih ada beberapa penulis yang tidak tahu akan Tata Cara Penulisan Novel yang baik. Dan ada pula beberapa novel yang tidak memiliki catatan kaki, sehingga pembaca pun sulit mengerti akan kata-kata yang terdapat pada novel tersebut. Jarang sekali penulis novel yang menggunakan daftar pustaka pada akhir pembahasannya.
Seharusnya para penulis lebih menekankan unsur-unsur yang seharusnya ada pada sebuah novel, sehingga para pembaca pun akan lebih tahu dan mengerti tentang apa yang mereka curahkan dalam tulisannya. Dan para pembaca tidak merasa kecewa akan karya yang mereka buat.

Tugas Pertama : "9 Unsur dalam Penulisan Suatu Karangan Ilmiah"



Sebelum menulis suatu gagasan atau tulisan ilmiah, seharusnya kita memperhatikan beberapa unsur yang terdapat dalam penulisan ilmiah tersebut. Sehingga penulisan ilmiah yang kita buat mampu memenuhi syarat penulisan dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan ataupun tulisan.
Ada 9 unsur yang digunakan dalam pengungkapan suatu gagasan ilmiah, yaitu :
1.    Ragam Bahasa
2.    Ejaan
3.    Diksi
4.    Kalimat
5.    Alinea dan Pengembangannya
6.    Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah
7.    Kerangka Karangan
8.    Kutipan dan Catatan Kaki
9.    Abstrak dan Daftar Pustaka
Apakah ke-9 unsur tersebut sudah memenuhi syarat dalam penulisan suatu kerangka ilmiah? Sebelum kita tahu jawabannya, mari kita lihat satu persatu penjelasan dari ke-9 unsur tersebut.
Manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat menggunakan bahasa, dan terdapat pula berbagai macam suku, daerah dan bahasa yang digunakan pada setiap daerah sehingga dapat menghasilkan suatu Ragam Bahasa.  Menurut Felicia (2001 : 1), dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Ragam Bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman (1990, dalam Angriawan, 2011:1), menyatakan bahwa ragam bahasa adalah suatu variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topic yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicaraan. menurut bidang wacana, terdapat Ragam Ilmiah yang  digunakan dalam suatu kegiatan ilmiah, ceramah, dan dalam penulisan ilmiah.
Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan huruf dan tanda baca yang distandarisasikan dan mempunyai makna. Ejaan juga  memiliki 3 aspek yaitu aspek fonologis untuk penggambaran fenom dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis untuk penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis untuk penanda ujaran berupa tanda baca. Dalam penulisan ejaan pun perlu diperhatikan pemakaian tanda baca serta pembagian kata yang pantas untuk dilihat serta dibaca oleh semua orang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Dari pernyataan itu tampak bahwa penguasaan kata seseorang akan mempengaruhi kegiatan berbahasanya, termasuk saat yang bersangkutan membuat karangan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai dengan tema yang dibicarakan.
Dapat juga dikatakan bahwa, Diksi merupakan pemilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam bahasa lisan dan tulisan. Untuk mendapatkan efek tersebut, seseorang yang akan berbicara atau menulis harus memilih kata yang dapat mewakili gagasannya dengan tepat. Selain itu, ia juga memerlukan kemampuan untuk membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang disampaikan dan menemukan kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya.
Kalimat adalah suatu bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh, baik secara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diungkapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), daan tanda seru (!). sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (p). Sebuah kalimat minimal harus memiliki subjek dan predikat, ditulis sesuai dengan aturan-aturan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan kata-kata yang digunakan dalam membentuk kalimat harus dipilih dengan tepat sehingga kalimat menjadi jelas maknanya. Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat.
Paragraf atau alinea adalah bagian terkecil dalam suatu karya tulis yang menyatakan suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih luas dari kalimat (Keraf, 1984). Alinea merupakan kumpulan kalimat, tetapi bukan kalimat yang sekedar berkumpul, melainkan hubungan antara yang satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membuat suatu kalimat, dan juga bisa disebut dengan penuangan ide penulis melalui kalimat atau kumpulan kalimat yang satu dengan yang lain yang berkaitan dan hanya memiliki suatu topik atau tema. Jenis Alinea dapat pula ditentukan berdasarkan cara kita mengembangkan ide dan alat bantu yang digunakan untuk menjaga kesinambungan pengungkapan ide atau keruntunan ide. Dapat disimpulkan bahwa suatu paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas kalimat-kalimat yang berhubungan secara utuh dan padu serta merupakan satu kesatuan pikiran.
Dalam penulisan karangan ilmiah, perencanaan dalam membuat suatu karangan ilmiah pun perlu diperhatikan. Karena untuk menghasilkan suatu karya ilmiah yang baik harus melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengembangan, dan tahap revisi. Pertama kita harus menentukan tema dan topik yang akan kita bahas, kemudian kumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan topik yaitu survey lapangan, selanjutnya menyusun hipotesis, lalu melakukan pengamatan dan mengumpulkan data hasil dari pengamatan, kemudian menganalisis data yang telah didapat menarik kesimpulan dari analisa dan kemudian tulis dalam sebuah karangan.

Kerangka karangan merupakan suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan atau tulisan yang akan ditulis atau dibahas, susunan sistematis dari pikiran-pikiran utama dan pikiran-pikiran penjelas yang akan menjadi pokok tulisan, atau dapat juga didefinisikan sebagai satu metode dalam pembuatan karangan yang mana topiknya dipecah kedalam sub-sub topik dan mungkin dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang lebih terperinci. Atau dapat disebut juga sebagai rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan gagasan.
Kutipan adalah gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Kutipan digunakan untuk mendukung argumentasi penulis dalam sebuah karangan. Sedangkan catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/ bibliografi.
Abstrak adalah kata yang menunjukan kepada sifat, keadaan dan kegiatan yang dilepas dari objek tertentu. Pemahaman akan pengertian abstrak sepertinya masih dianggap sebagai suatu yang sulit bahkan tak teraplikasi. Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulisan. Daftar pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan.
Menurut saya, ke-9 unsur diatas telah memenuhi syarat untuk menjadi suatu karangan ilmiah yang baik. Karena sebelum membuat suatu karangan ilmiah yang baik, kita harus menentukan ragam bahasa yang baik agar mudah dimengerti, serta ejaan-ejaan yang tepat untuk setiap kaimat dan kata. Pemilihan kata yang baik dan tepat juga sangat mempengaruhi apakah tulisan tersebut sudah mengungkapkan gagasan utama yang disampaikannya, dengan maksud agar karya tersebut dapat mencapai tujuannya. Alinea atau paragraf yang berfungsi untuk merapikan tulisan supaya enak dilihat juga sangat mempengaruhi baik tidaknya tulisan tersebut dimata para pembacanya. Dalam buku-buku tertentu juga ada yang mencantumkan kutipan sebagai pendukung suatu argumentasi si penulis dan catatan kaki untuk mempermudah pembaca memahami tulisan yang dibacanya. Abstrak yang memuat data diri si penulis juga terkadang ada pada buku-buku tertentu dan daftar pustaka sebagai penjelas bahwa buku tersebut telah ditulis melalui beberapa sumber.
Dapat disimpulkan bahwa ke-9 unsur tersebut wajib ada dalam Bahasa Indonesia, karena dapat membantu kita dalam menulis suatu karya ilmiah agar karya ilmiah kita dapat dimengerti dan diterima oleh semua orang dan para pembacanya. Terutama kita para mahasiswa dan mahasiswi harus mengetahui penataan dan penempatan ke-9 unsur ini dalam suatu penulisan ilmiah agar karangan ilmiah yang kita buat telah memenuhi syarat dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar dan tepat.



SUMBER :